Perbedaan Akuntansi Umum dan Akuntansi Perbankan

semuatahu.web.id – Perbedaan Akuntansi Umum dan Akuntansi Perbankan.  Akuntansi adalah bahasa bisnis yang membantu organisasi dan lembaga keuangan dalam menjalani aktivitas mereka. Namun, seperti dalam bahasa manusia, bahasa ini memiliki dialek yang berbeda tergantung pada konteks penggunaannya. Dua dialek utama dalam dunia akuntansi adalah “Akuntansi Umum” dan “Akuntansi Perbankan.” Meskipun mereka berbagi banyak prinsip dasar, keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam hal tujuan, aturan, dan pendekatan. Mari kita memahami lebih dalam perbedaan antara kedua dialek ini, seperti halnya memahami perbedaan antara berbicara dengan seorang teman dan berbicara dengan seorang profesional. Dalam konteks akuntansi, perbedaan ini dapat menjadi kunci untuk mengelola risiko keuangan dan memahami kesehatan finansial sebuah organisasi atau lembaga perbankan.

Lingkup

Akuntansi Umum:

  1. Lingkup Umum: Akuntansi umum mencakup semua jenis bisnis dan organisasi, baik yang beroperasi dalam sektor swasta, publik, nirlaba, maupun pemerintah. Ini mencakup perusahaan manufaktur, perdagangan, jasa, entitas pemerintah, dan banyak lagi.
  2. Beragam Jenis Entitas: Dalam akuntansi umum, prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang digunakan bersifat umum dan dapat diterapkan di berbagai jenis entitas ekonomi. Ini termasuk perusahaan swasta, perusahaan publik (yang diperdagangkan di bursa saham), organisasi nirlaba, pemerintah, dan sektor pendidikan, di antara lain.
  3. Tujuan Utama: Akuntansi umum bertujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang relevan dan andal kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), seperti pemegang saham, kreditur, manajemen, dan pihak berwenang. Tujuannya adalah untuk memahami kesehatan keuangan organisasi secara keseluruhan dan mendukung pengambilan keputusan ekonomi yang tepat.

Akuntansi Perbankan:

  1. Lingkup Spesifik: Akuntansi perbankan adalah jenis akuntansi yang sangat khusus dan hanya berlaku untuk lembaga keuangan, seperti bank komersial, bank investasi, dan institusi perbankan lainnya. Lingkupnya terbatas pada entitas yang terlibat dalam kegiatan perbankan.
  2. Fokus Pada Produk Keuangan: Akuntansi perbankan lebih menekankan pada pengelolaan produk keuangan yang khas dalam industri perbankan, seperti tabungan, giro, sertifikat deposito, pinjaman, derivatif keuangan, dan instrumen keuangan lain yang relevan dengan operasi bank.
  3. Kepatuhan Regulasi Perbankan: Akuntansi perbankan tunduk pada regulasi yang ketat, seperti peraturan dari otoritas perbankan dan regulasi keuangan, yang dirancang untuk mengatur operasi dan manajemen risiko lembaga keuangan. Ini termasuk ketentuan Basel III untuk mengukur modal minimum bank.
  4. Manajemen Risiko dan Likuiditas: Akuntansi perbankan memiliki perhatian yang lebih besar pada manajemen risiko dan likuiditas. Ini termasuk mengukur risiko kredit, mengelola penyisihan kerugian kredit, memantau non-performing loans (NPL), dan memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban nasabah.

Akun Utama

Akuntansi Umum:

  1. Akun-akun Konvensional: Dalam akuntansi umum, akun-akun utama yang digunakan umumnya meliputi akun-akun seperti akun kas, piutang, hutang, modal, pendapatan, dan biaya operasional. Ini mencakup akun-akun yang relevan untuk hampir semua jenis bisnis dan organisasi.
  2. Prinsip Akuntansi Universal: Prinsip-prinsip dasar akuntansi umum, seperti prinsip objektivitas, prinsip keterbandingan, prinsip konsistensi, dan prinsip entitas ekonomi, digunakan secara universal dalam berbagai jenis entitas ekonomi.
  3. Tujuan Pelaporan Keuangan: Tujuan utama akuntansi umum adalah menyediakan informasi keuangan yang relevan, andal, dan komprehensif kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) untuk memahami kinerja keuangan dan posisi keuangan organisasi secara keseluruhan.

Akuntansi Perbankan:

  1. Akun Khusus Perbankan: Dalam akuntansi perbankan, terdapat akun-akun yang sangat spesifik untuk mengelola produk keuangan perbankan. Ini mencakup akun-akun seperti akun tabungan, akun giro, sertifikat deposito, kredit, akun penyisihan kerugian kredit (allowance for loan losses), dan akun-akun terkait dengan instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar keuangan.
  2. Pengukuran Nilai Instrumen Keuangan: Akuntansi perbankan sering kali melibatkan pengukuran nilai instrumen keuangan yang lebih kompleks daripada hanya mencatat nilai tercatat (cost). Ini termasuk pengukuran nilai pasar (fair value) dan pengakuan nilai wajar (fair value recognition) instrumen keuangan.
  3. Ketentuan Regulasi: Akuntansi perbankan tunduk pada regulasi khusus yang dikeluarkan oleh otoritas perbankan, seperti Basel III. Regulasi ini mengatur bagaimana bank mengukur modal minimum, mengelola risiko kredit, dan memantau risiko-risiko lain yang terkait dengan operasi perbankan.
  4. Pengelolaan Kredit: Dalam akuntansi perbankan, ada penekanan yang lebih besar pada pengelolaan risiko kredit dan penyisihan kerugian kredit. Ini melibatkan penetapan cadangan penyisihan kerugian untuk menutupi risiko kredit yang mungkin muncul.
  5. Pajak dan Penghasilan Bunga: Akuntansi perbankan juga memperhatikan pajak khusus yang terkait dengan produk perbankan, seperti pajak atas bunga yang diterima dari simpanan nasabah.

Regulasi

Akuntansi Umum:

  1. Regulasi Umum: Akuntansi umum tunduk pada regulasi umum yang berlaku di tingkat nasional atau internasional, tergantung pada wilayah hukum dan jenis entitas. Misalnya, di Amerika Serikat, akuntansi umum mengikuti Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), sementara di tingkat internasional, IFRS (International Financial Reporting Standards) adalah standar yang diterapkan secara luas.
  2. Standar Universal: Prinsip-prinsip dan standar akuntansi umum dirancang untuk mencakup berbagai jenis bisnis dan organisasi. Mereka lebih bersifat umum dan bersifat fleksibel, memungkinkan penerapan dalam berbagai konteks.
  3. Tujuan Pelaporan: Tujuan utama akuntansi umum adalah menyediakan informasi keuangan yang relevan dan andal kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham, kreditur, manajemen, dan pihak berwenang, untuk memahami kinerja keuangan dan posisi keuangan organisasi secara keseluruhan.

Akuntansi Perbankan:

  1. Regulasi Khusus: Akuntansi perbankan tunduk pada regulasi yang sangat khusus yang dikeluarkan oleh otoritas perbankan dan regulasi keuangan. Regulasi ini mencakup aspek-aspek tertentu yang unik untuk lembaga keuangan, seperti bank komersial dan institusi perbankan lainnya.
  2. Basel Accords: Salah satu contoh regulasi khusus untuk akuntansi perbankan adalah Basel Accords. Ini termasuk Basel III, yang mengatur modal minimum yang harus dijaga oleh bank untuk mengatasi risiko dan memenuhi persyaratan likuiditas.
  3. Manajemen Risiko: Regulasi perbankan memiliki ketentuan khusus untuk manajemen risiko, termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional. Ini termasuk persyaratan untuk memantau risiko dan melaporkannya secara berkala.
  4. Keuangan dan Pengawasan: Regulasi perbankan juga mencakup pengawasan yang lebih ketat atas operasi bank, termasuk ketentuan terkait dengan permodalan, likuiditas, dan aspek keuangan lainnya.
  5. Pajak Khusus: Pajak yang dikenakan pada lembaga keuangan, seperti pajak atas bunga tabungan, dapat berbeda dengan aturan pajak yang berlaku untuk bisnis lainnya.

Pengukuran Nilai Aset dan Kewajiban

Akuntansi Umum:

  1. Nilai Historis (Cost): Dalam akuntansi umum, pengukuran nilai aset dan kewajiban sering didasarkan pada nilai historis (cost), yang merupakan biaya awal yang dibayar untuk memperoleh aset atau jumlah kewajiban pada saat pencatatan awal. Ini berarti bahwa aset seperti tanah, bangunan, dan perlengkapan sering dicatat pada nilai historis.
  2. Nilai Wajar (Fair Value): Meskipun ada beberapa pengecualian, akuntansi umum cenderung memerlukan pengukuran nilai aset berdasarkan nilai wajar (fair value) ketika ada perubahan signifikan dalam nilai pasar. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima jika aset atau kewajiban tersebut dijual di pasar terbuka pada tanggal penilaian.
  3. Prinsip Historis: Pengukuran berdasarkan nilai historis mencerminkan prinsip dasar akuntansi, yaitu prinsip konservatisme, yang menekankan pada kehati-hatian dan penghindaran overestimasi nilai aset dan pendapatan.

Akuntansi Perbankan:

  1. Nilai Pasar dan Nilai Wajar (Fair Value): Dalam akuntansi perbankan, pengukuran nilai aset dan kewajiban lebih cenderung mengikuti nilai pasar atau nilai wajar. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa lembaga keuangan, termasuk bank, seringkali memiliki instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar dan nilainya bisa fluktuatif.
  2. Pengukuran Nilai Wajar: Nilai wajar digunakan secara luas dalam akuntansi perbankan untuk mengukur instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, derivatif, dan lainnya. Pengukuran nilai wajar ini mencerminkan nilai pasar saat itu dan memungkinkan perubahan nilai instrumen keuangan tercermin dalam laporan keuangan bank.
  3. Ketentuan Regulasi: Regulasi perbankan, seperti Basel III, mengatur persyaratan pengukuran nilai aset dan kewajiban berdasarkan nilai wajar dan mengharuskan bank untuk memantau fluktuasi nilai instrumen keuangan mereka secara teratur.
  4. Manajemen Risiko: Pengukuran nilai aset dan kewajiban yang didasarkan pada nilai pasar atau nilai wajar memungkinkan bank untuk lebih baik mengelola risiko, terutama risiko pasar dan risiko likuiditas, karena perubahan dalam nilai aset dan kewajiban tercermin dengan lebih akurat.
  5. Pengukuran Penyisihan Kerugian Kredit: Akuntansi perbankan juga mencakup pengukuran dan penetapan cadangan penyisihan kerugian kredit (allowance for loan losses) berdasarkan risiko kredit yang diperkirakan. Hal ini mencerminkan pendekatan berorientasi risiko dalam akuntansi perbankan.

Akuntansi Kredit dan Risiko Kredit

Akuntansi Umum:

  1. Penanganan Piutang: Dalam akuntansi umum, piutang biasanya dicatat sebagai aset dan tergantung pada ketentuan tertentu, seperti prinsip konservatisme, piutang mungkin perlu disesuaikan dengan penyisihan kerugian jika ada indikasi bahwa piutang tersebut mungkin tidak tertagih sepenuhnya.
  2. Penyisihan Kerugian: Penyisihan kerugian piutang diakui ketika ada bukti konkrit bahwa piutang tidak akan tertagih sepenuhnya. Jumlah penyisihan kerugian yang diakui cenderung bersifat konservatif dan didasarkan pada prinsip kehati-hatian.
  3. Tujuan Utama: Tujuan akuntansi kredit dalam akuntansi umum adalah untuk memastikan bahwa aset piutang dicatat dengan benar, dan jika ada risiko tidak tertagih, maka risiko tersebut akan diakui dalam bentuk penyisihan kerugian.

Akuntansi Perbankan:

  1. Akun Khusus Risiko Kredit: Akuntansi perbankan memiliki akun khusus untuk mengelola risiko kredit. Ini termasuk akun penyisihan kerugian kredit (allowance for loan losses) yang digunakan untuk menutupi risiko kredit potensial dalam portofolio pinjaman bank.
  2. Pengukuran Risiko Kredit: Akuntansi perbankan cenderung lebih mendalam dalam pengukuran risiko kredit. Bank harus melakukan analisis kredit yang lebih rinci dan menilai risiko pembayaran yang tidak akan diterima (non-performing loans atau NPLs) untuk menentukan besaran penyisihan kerugian kredit yang perlu dibentuk.
  3. Regulasi Khusus: Bank tunduk pada regulasi yang ketat, seperti ketentuan Basel III, yang mengatur cara bank mengukur dan mengelola risiko kredit. Bank juga harus memenuhi persyaratan permodalan minimum yang berkaitan dengan risiko kredit dalam portofolio mereka.
  4. Ketentuan Penyisihan: Bank harus membentuk penyisihan kerugian kredit berdasarkan risiko kredit yang ada dalam portofolio mereka. Penyisihan ini tidak hanya didasarkan pada risiko aktual yang telah terjadi, tetapi juga risiko masa depan yang diperkirakan.
  5. Pengawasan Otoritas Regulator: Bank seringkali tunduk pada pengawasan ketat oleh otoritas regulator yang memantau praktik-praktik akuntansi kredit dan manajemen risiko kredit bank.

Pembiayaan dan Investasi

Akuntansi Umum:

  1. Sumber Pembiayaan: Dalam akuntansi umum, sumber pembiayaan biasanya berasal dari modal sendiri (ekuitas pemegang saham), pinjaman bank, obligasi, atau pendapatan operasional. Akuntansi umum menerapkan prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang umum dan bersifat fleksibel untuk berbagai jenis sumber pembiayaan.
  2. Investasi: Investasi dalam akuntansi umum bisa dalam bentuk saham, obligasi, properti, atau instrumen keuangan lainnya. Pengukuran nilai investasi dapat beragam, tergantung pada jenis investasi dan tujuan investasi tersebut.
  3. Tujuan Utama: Akuntansi umum bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang relevan kepada pemangku kepentingan (stakeholders), seperti pemegang saham, pemberi pinjaman, dan manajemen, untuk memahami kinerja dan posisi keuangan organisasi secara keseluruhan.

Akuntansi Perbankan:

  1. Sumber Pembiayaan Khusus: Pembiayaan dalam akuntansi perbankan adalah inti dari operasi bank. Sumber pembiayaan utama bank adalah penerimaan simpanan dari nasabah. Ini termasuk akun tabungan, akun giro, sertifikat deposito, dan jenis-jenis simpanan lainnya.
  2. Investasi dalam Instrumen Keuangan: Bank juga melakukan investasi dalam instrumen keuangan seperti saham, obligasi, derivatif, dan instrumen keuangan lainnya sebagai bagian dari aktivitas investasi mereka. Namun, bank memerlukan pengukuran dan pelaporan yang lebih ketat terkait investasi ini.
  3. Regulasi Khusus: Bank tunduk pada regulasi yang ketat, termasuk Basel III, yang mengatur modal minimum yang harus dijaga oleh bank dan aturan investasi yang harus diikuti. Regulasi ini dirancang untuk memitigasi risiko dan menjaga stabilitas sektor perbankan.
  4. Manajemen Likuiditas: Bank perlu memantau dan mengelola likuiditas dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa mereka memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajiban kepada nasabah dan memitigasi risiko likuiditas.

Pengelolaan Likuiditas

Akuntansi Umum:

  1. Pengelolaan Likuiditas Umum: Dalam akuntansi umum, pengelolaan likuiditas adalah perhatian yang relatif umum dan biasanya berkaitan dengan memastikan bahwa organisasi memiliki cukup kas atau setara kas untuk memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Pengelolaan likuiditas ini cenderung lebih berfokus pada kebutuhan sehari-hari daripada pemantauan risiko likuiditas jangka panjang.
  2. Pengelolaan Kas: Akuntansi umum mencakup pengelolaan kas sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari, termasuk penerimaan dan pengeluaran kas, serta pemantauan saldo kas untuk memastikan bahwa organisasi memiliki likuiditas yang memadai.
  3. Pendekatan yang Tidak Terlalu Terperinci: Pengelolaan likuiditas dalam akuntansi umum biasanya tidak memerlukan pemodelan yang sangat terperinci atau perencanaan jangka panjang yang ekstensif. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas organisasi di tingkat yang memadai.

Akuntansi Perbankan:

  1. Pengelolaan Likuiditas yang Lebih Rumit: Akuntansi perbankan melibatkan pengelolaan likuiditas yang jauh lebih kompleks dan ketat. Bank harus memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban kepada nasabah, termasuk simpanan dan kredit yang dapat diambil oleh nasabah.
  2. Pemantauan Risiko Likuiditas: Bank harus secara aktif memantau risiko likuiditas mereka, termasuk risiko inflow dan outflow dana, serta risiko likuiditas jangka pendek dan jangka panjang. Ini melibatkan pemodelan dan perencanaan likuiditas yang cermat.
  3. Regulasi yang Ketat: Akuntansi perbankan tunduk pada regulasi yang ketat dalam hal pengelolaan likuiditas, termasuk ketentuan Basel III yang mengatur persyaratan modal minimum dan mengharuskan bank untuk mematuhi persyaratan likuiditas yang ketat.
  4. Manajemen Risiko Likuiditas: Bank juga harus memiliki rencana darurat dan strategi untuk mengatasi situasi darurat yang dapat mengganggu likuiditas, seperti krisis keuangan atau penarikan massal dana oleh nasabah.
  5. Risiko Pencucian Uang (Money Laundering): Bank juga harus memantau transaksi mereka untuk mendeteksi potensi pencucian uang dan aktivitas ilegal, yang dapat memengaruhi likuiditas mereka.

Pajak Penghasilan

Akuntansi Umum:

  1. Pajak Penghasilan Umum: Akuntansi umum mencakup pajak penghasilan, tetapi regulasi dan ketentuan pajak tergantung pada yurisdiksi dan jenis entitas. Pajak penghasilan yang dikenakan pada entitas bisnis umumnya mengikuti hukum pajak yang berlaku di negara atau wilayah di mana entitas tersebut beroperasi.
  2. Metode Pajak: Entitas dalam akuntansi umum harus mengikuti metode pajak yang diberlakukan oleh pemerintah. Ini bisa berupa metode kas (mengenakan pajak saat uang diterima) atau metode akrual (mengenakan pajak saat pendapatan diperoleh, terlepas dari apakah uang tunai telah diterima atau tidak).
  3. Pelaporan Pajak: Entitas dalam akuntansi umum biasanya mengurus pelaporan pajak mereka secara terpisah dari laporan keuangan. Ini berarti bahwa laporan keuangan biasanya disusun dengan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi, dan laporan pajak dibuat sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
  4. Tujuan Utama: Tujuan utama akuntansi umum adalah menyajikan informasi keuangan yang relevan dan andal kepada pemangku kepentingan (stakeholders) untuk pemahaman kinerja dan posisi keuangan organisasi secara keseluruhan.

Akuntansi Perbankan:

  1. Pajak Khusus Perbankan: Akuntansi perbankan sering kali melibatkan pajak yang khusus untuk lembaga keuangan. Contoh pajak ini termasuk pajak atas bunga yang diterima dari simpanan nasabah atau pajak transaksi keuangan.
  2. Metode Pajak Khusus: Lembaga keuangan dapat tunduk pada metode pajak yang khusus yang berbeda dari metode yang diterapkan pada bisnis non-keuangan. Ini bisa termasuk peraturan khusus yang mengatur pengenaan pajak atas pendapatan dan transaksi keuangan.
  3. Pengintegrasian dengan Laporan Keuangan: Dalam beberapa yurisdiksi, seperti Amerika Serikat, laporan pajak perbankan terintegrasi dengan laporan keuangan. Ini berarti bahwa beberapa perubahan dalam penghasilan yang tercatat dalam laporan keuangan juga mempengaruhi kewajiban pajak bank.
  4. Regulasi Khusus Pajak: Akuntansi perbankan tunduk pada regulasi khusus terkait pajak yang dikeluarkan oleh pemerintah atau otoritas pajak. Regulasi ini mengatur aspek-aspek khusus dari pemotongan pajak dan pelaporan yang berlaku untuk lembaga keuangan.

Tujuan Utama

Akuntansi Umum:

  1. Tujuan Umum: Tujuan utama akuntansi umum adalah menyediakan informasi keuangan yang relevan, andal, dan komprehensif kepada pemangku kepentingan (stakeholders) untuk memahami kinerja keuangan dan posisi keuangan organisasi secara keseluruhan. Ini mencakup pemegang saham, kreditur, manajemen, otoritas pajak, dan pihak berwenang lainnya.
  2. Kepatuhan Regulasi Pajak: Akuntansi umum juga memiliki tujuan untuk memenuhi persyaratan pajak dan hukum pajak yang berlaku. Ini mencakup perhitungan pajak penghasilan dan pelaporan pajak yang benar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
  3. Pemantauan Kinerja: Akuntansi umum digunakan untuk memantau kinerja keuangan organisasi, mengukur profitabilitas, mengidentifikasi tren keuangan, dan mendukung pengambilan keputusan ekonomi.

Akuntansi Perbankan:

  1. Pengelolaan Risiko Keuangan: Tujuan utama akuntansi perbankan adalah untuk mendukung pengelolaan risiko keuangan bank dengan baik. Ini mencakup manajemen risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, dan risiko operasional.
  2. Kepatuhan Regulasi Perbankan: Akuntansi perbankan tunduk pada regulasi ketat yang dikeluarkan oleh otoritas perbankan dan regulasi keuangan. Tujuannya adalah untuk memastikan kepatuhan bank dengan persyaratan permodalan minimum, manajemen risiko yang memadai, dan stabilitas sektor perbankan.
  3. Pengambilan Keputusan Berbasis Risiko: Akuntansi perbankan membantu bank dalam mengambil keputusan yang berorientasi risiko. Ini termasuk pengambilan keputusan terkait dengan penilaian risiko kredit, penetapan penyisihan kerugian kredit, dan manajemen risiko investasi.
  4. Kepuasan Regulator: Akuntansi perbankan juga harus memenuhi persyaratan pelaporan yang ditetapkan oleh regulator, sehingga otoritas pengawas dapat memantau kepatuhan dan stabilitas sektor perbankan.
  5. Pengambilan Keputusan Internal: Laporan keuangan bank digunakan oleh manajemen bank untuk mengelola operasi sehari-hari, mengambil keputusan terkait permodalan, likuiditas, dan perluasan bisnis.

 

Kriteria Akuntansi Umum Akuntansi Perbankan
Lingkup Melibatkan semua jenis bisnis dan organisasi, termasuk perbankan Terfokus pada lembaga keuangan, seperti bank dan institusi keuangan lainnya
Akun Utama Terdiri dari akun-akun seperti akun kas, piutang, hutang, modal, pendapatan, dan biaya operasional Menyertakan akun-akun yang lebih khusus untuk mengelola aset dan kewajiban perbankan, seperti akun tabungan, akun giro, sertifikat deposito, kredit, dll.
Regulasi Mengikuti standar akuntansi umum, seperti IFRS (International Financial Reporting Standards) atau GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) Tunduk pada regulasi khusus perbankan, seperti Basel III, yang mengatur modal minimum dan risiko perbankan.
Pengukuran Nilai Aset dan Kewajiban Aset dan kewajiban diukur berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar, serta nilai tercatat (cost) Aset dan kewajiban perbankan sering kali diukur berdasarkan nilai pasar, nilai wajar, dan juga mengikuti aturan-aturan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas perbankan.
Akuntansi Kredit dan Risiko Kredit Memiliki kebijakan khusus untuk akuntansi piutang usaha dan risiko kredit, serta penyisihan kerugian piutang Memiliki akuntansi khusus untuk mengukur risiko kredit, perhitungan penyisihan kerugian kredit, serta pemantauan non-performing loans (NPL).
Pembiayaan dan Investasi Pembiayaan dilakukan melalui modal sendiri, pinjaman, atau penerbitan obligasi. Investasi biasanya dalam bentuk saham atau instrumen keuangan Pembiayaan utama adalah penerimaan simpanan dari nasabah, dan investasi dilakukan dalam instrumen keuangan seperti surat berharga, obligasi, atau pembiayaan proyek-proyek tertentu.
Pengelolaan Likuiditas Lebih sedikit fokus pada manajemen likuiditas, kecuali jika itu berkaitan dengan operasional bisnis secara umum Memiliki fokus besar pada manajemen likuiditas untuk memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban nasabah dan memitigasi risiko likuiditas.
Pajak Penghasilan Mengikuti regulasi pajak umum dan mengurus pajak penghasilan secara berbeda tergantung pada jenis bisnis Pajak perbankan memiliki aturan khusus, seperti PPh atas bunga tabungan, yang perlu diperhitungkan dengan cermat.
Tujuan Utama Mempelajari kesehatan keuangan organisasi secara keseluruhan Membantu bank mengelola risiko, menjaga likuiditas, dan memastikan kepatuhan dengan regulasi perbankan.

Itulah Perbedaan Akuntansi Umum dan Akuntansi Perbankan. Terima kasih telah membaca di semuatahu.web.id dan semoga artikel ini bisa membantu kamu.

Tinggalkan komentar