Perbedaan Istishna dan Murabahah

semuatahu.web.id – Perbedaan Istishna dan Murabahah. Pembiayaan dalam lingkungan keuangan syariah mencakup berbagai instrumen yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan keuangan dalam kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Islam. Dua di antaranya adalah Istishna dan Murabahah, yang memiliki peran masing-masing dalam memfasilitasi transaksi bisnis dan keuangan.

Meskipun keduanya merupakan bagian dari sistem keuangan berdasarkan prinsip syariah, Istishna dan Murabahah memiliki perbedaan fundamental dalam hal tujuan, mekanisme, dan karakteristik yang memengaruhi bagaimana transaksi dilakukan. Dalam konteks ini, penting untuk memahami secara mendalam perbedaan antara Istishna dan Murabahah guna memahami aplikasi dan implikasi praktis dari masing-masing metode pembiayaan.

Pengertian Istishna dan Murabahah

Pengertian Istishna

Istishna adalah transaksi jual beli pesanan barang yang belum ada fisiknya atau masih dalam proses produksi. Dalam istishna, pembeli (mufti) memesan suatu barang dari penjual (saani) dengan spesifikasi tertentu. Penjual kemudian mengambil tanggung jawab untuk memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Istishna sering digunakan dalam kasus proyek konstruksi, manufaktur, atau produksi barang khusus yang memerlukan waktu untuk pembuatan.

Pengertian Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli di mana penjual menjual suatu barang kepada pembeli dengan harga yang termasuk margin keuntungan. Harga total yang dibayar oleh pembeli terdiri dari harga pokok barang dan margin keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. Dalam konteks perbankan syariah, murabahah adalah metode yang sering digunakan oleh bank untuk membiayai pembelian barang atau aset yang diinginkan oleh nasabah, dengan keuntungan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Pihak Terlibat

Pihak Terlibat dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, terlibat tiga pihak utama:

  • Pembeli (Mufti): Pembeli adalah pihak yang memesan barang atau produk dengan spesifikasi tertentu kepada penjual. Pembeli ini biasanya adalah entitas atau individu yang ingin memiliki barang tersebut setelah proses produksi selesai.
  • Penjual (Saani): Penjual adalah pihak yang menerima pesanan dari pembeli dan berjanji untuk memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Penjual bertanggung jawab atas produksi, kualitas, dan waktu penyelesaian barang.
  • Produsen (Musawwit): Dalam beberapa kasus, terdapat produsen yang bertanggung jawab langsung atas produksi barang. Produsen ini bekerja atas nama penjual untuk memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi.

Pihak Terlibat dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, terlibat dua pihak utama:

  • Bank atau Penyedia Pembiayaan: Dalam kasus murabahah, bank atau lembaga keuangan syariah berperan sebagai penjual. Mereka membeli barang yang diinginkan oleh nasabah dengan harga tunai, kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga yang termasuk margin keuntungan.
  • Nasabah: Nasabah adalah pihak yang ingin membeli barang atau aset dengan bantuan pembiayaan dari bank. Nasabah membayar kepada bank dengan harga yang sudah disepakati, termasuk margin keuntungan.

Barang

Barang dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, barang yang terlibat adalah barang yang masih dalam proses produksi atau pesanan khusus yang belum ada fisiknya. Pembeli (mufti) memesan barang dengan spesifikasi tertentu dari penjual (saani). Barang ini akan diproduksi atau dibuat oleh penjual atau produsen (musawwit) sesuai dengan pesanan pembeli. Setelah barang jadi, barang tersebut akan diserahkan kepada pembeli sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.

Barang dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, barang yang terlibat adalah barang yang sudah ada dan tersedia di pasaran. Bank atau lembaga keuangan syariah berperan sebagai penjual, dan nasabah sebagai pembeli. Bank membeli barang tersebut dengan harga tunai dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang termasuk margin keuntungan. Barang dalam transaksi murabahah bisa berupa barang konsumsi, peralatan, kendaraan, atau aset lainnya yang diinginkan oleh nasabah.

Pembayaran

Pembayaran dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, pembayaran dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus, tergantung pada kesepakatan antara pembeli dan penjual. Pembayaran biasanya dilakukan dalam beberapa tahap sesuai dengan perkembangan produksi barang. Pembeli dapat membayar sejumlah tertentu di muka, dan sisanya dibayar ketika barang sudah siap untuk diserahkan. Pembayaran tahap demi tahap ini mencerminkan karakteristik bahwa barang masih dalam proses produksi atau belum ada fisiknya.

Pembayaran dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, pembeli membayar kepada bank atau lembaga keuangan syariah dengan jumlah yang sudah disepakati sebelumnya. Jumlah pembayaran ini sudah mencakup harga pokok barang dan margin keuntungan. Pembayaran ini bisa dilakukan secara tunai atau melalui pembayaran kredit, tergantung pada kesepakatan antara nasabah dan bank.

Keuntungan

Keuntungan dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, keuntungan yang diperoleh oleh penjual (saani) bisa bervariasi tergantung pada kesepakatan antara penjual dan pembeli (mufti). Karena barang dalam istishna masih dalam proses produksi atau belum ada fisiknya, maka keuntungan bisa dihitung berdasarkan biaya produksi yang sebenarnya ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Besarnya margin keuntungan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti risiko produksi, biaya overhead, dan perjanjian antara pihak-pihak yang terlibat.

Keuntungan dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, keuntungan sudah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian antara bank atau lembaga keuangan syariah dan nasabah. Keuntungan ini dikenal sebagai “margin murabahah.” Bank membeli barang yang diinginkan oleh nasabah dengan harga tunai, kemudian menjualkannya kepada nasabah dengan harga yang mencakup harga pokok barang dan margin keuntungan. Besarnya margin keuntungan dalam transaksi murabahah telah ditentukan sebelumnya, dan biasanya diakui oleh prinsip-prinsip keuangan syariah.

Risiko

Risiko dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, risiko terkait kualitas, keterlambatan produksi, dan pemenuhan pesanan bisa ada pada pihak pembeli (mufti) atau produsen (musawwit). Berikut beberapa risiko yang terkait dengan istishna:

  • Risiko Kualitas: Kualitas barang yang dihasilkan mungkin tidak sesuai dengan harapan pembeli.
  • Risiko Keterlambatan: Proses produksi mungkin mengalami keterlambatan, yang dapat mempengaruhi waktu penyerahan barang.
  • Risiko Pembatalan Pesanan: Pembeli mungkin membatalkan pesanan sebelum barang jadi, yang bisa menyebabkan kerugian bagi penjual dan produsen.
  • Risiko Finansial: Jika pembeli membayar sejumlah di muka, penjual atau produsen mungkin menghadapi risiko kehilangan dana jika pembeli tidak melanjutkan pembayaran sisa.

Risiko dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, risiko terkait kepemilikan dan kualitas barang lebih banyak ditanggung oleh pembeli (nasabah). Berikut beberapa risiko yang terkait dengan murabahah:

  • Risiko Kepemilikan: Setelah pembelian, risiko kerusakan atau kehilangan barang berpindah ke pembeli.
  • Risiko Kualitas: Jika barang yang dibeli memiliki cacat atau tidak sesuai dengan harapan, pembeli bertanggung jawab atas risiko tersebut.
  • Risiko Pembayaran: Jika pembeli tidak dapat melunasi pembayaran sesuai dengan perjanjian, nasabah berisiko menghadapi konsekuensi yang mungkin termasuk denda atau tindakan hukum.

Aplikasi Umum

Aplikasi Umum Istishna

Istishna sering digunakan dalam konteks proyek konstruksi, manufaktur, atau produksi barang khusus yang memerlukan waktu untuk pembuatan. Beberapa contoh aplikasi umum istishna meliputi:

  • Proyek Konstruksi: Istishna dapat digunakan untuk membiayai proyek konstruksi, seperti pembangunan rumah, gedung, atau infrastruktur lainnya.
  • Pembuatan Barang Khusus: Ketika barang dengan spesifikasi khusus diperlukan, seperti mesin atau peralatan yang tidak tersedia di pasaran, istishna bisa digunakan.
  • Industri Manufaktur: Istishna dapat digunakan untuk membiayai produksi barang-barang manufaktur yang memiliki spesifikasi khusus.

Aplikasi Umum Murabahah

Murabahah lebih umum digunakan dalam pembiayaan pembelian barang konsumsi atau modal usaha. Ini adalah bentuk pembiayaan yang lebih fleksibel dan cocok untuk berbagai kebutuhan bisnis dan individu. Beberapa contoh aplikasi umum murabahah meliputi:

  • Pembelian Kendaraan: Murabahah digunakan untuk pembiayaan pembelian kendaraan, seperti mobil atau motor.
  • Pembelian Barang Konsumsi: Nasabah dapat menggunakan murabahah untuk membeli barang-barang konsumsi seperti elektronik, perabotan rumah tangga, dan lainnya.
  • Modal Usaha: Bisnis dapat memanfaatkan murabahah untuk membiayai pembelian inventaris atau aset yang diperlukan dalam operasi mereka.

Waktu Penyerahan

Waktu Penyerahan dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, waktu penyerahan barang terjadi setelah barang jadi sesuai dengan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat. Ini karena barang dalam istishna masih dalam proses produksi atau belum ada fisiknya. Penyerahan barang akan dilakukan setelah proses produksi selesai dan barang telah memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pembeli (mufti). Waktu penyerahan bisa disesuaikan dengan perkembangan produksi, dan pembeli dan penjual harus memiliki kesepakatan yang jelas mengenai hal ini.

Waktu Penyerahan dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, waktu penyerahan barang biasanya terjadi segera setelah transaksi pembelian dilakukan. Ini karena dalam murabahah, barang yang terlibat sudah ada dan tersedia di pasaran. Bank atau lembaga keuangan syariah akan membeli barang tersebut dengan harga tunai dan kemudian menjualkannya kepada nasabah dengan harga yang mencakup harga pokok barang dan margin keuntungan. Setelah pembelian, barang bisa segera diserahkan kepada nasabah.

Fleksibilitas Harga

Fleksibilitas Harga dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, harga barang yang masih dalam proses produksi bisa lebih fleksibel. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perkembangan produksi dan negosiasi antara pembeli (mufti) dan penjual (saani). Karena barang dalam istishna belum ada fisiknya, harga bisa berubah tergantung pada biaya aktual yang dikeluarkan untuk produksi serta faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi biaya produksi.

Fleksibilitas Harga dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, harga barang yang dibeli dan dijual sudah ditentukan sebelumnya dalam bentuk harga pokok barang dan margin keuntungan yang disepakati. Ini mengurangi fleksibilitas harga dalam transaksi murabahah. Harga total yang harus dibayar oleh nasabah telah dihitung sebelumnya dan termasuk margin keuntungan bank. Oleh karena itu, ada sedikit ruang untuk negosiasi harga setelah transaksi dimulai.

Penanganan Keluhan

Penanganan Keluhan dalam Istishna

Dalam transaksi istishna, penanganan keluhan berkaitan dengan kualitas barang yang dihasilkan atau proses produksi yang mungkin tidak memenuhi harapan pembeli (mufti). Jika pembeli mengajukan keluhan terkait kualitas atau spesifikasi barang, langkah-langkah berikut mungkin dilakukan:

  • Pemeriksaan dan Verifikasi: Penjual (saani) akan memeriksa keluhan untuk memastikan validitasnya dan apakah memang ada ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang sudah disepakati.
  • Negosiasi: Jika ada ketidaksesuaian atau keluhan yang valid, pembeli dan penjual bisa melakukan negosiasi untuk menyelesaikan masalah. Solusi bisa berupa perbaikan barang, penggantian, atau pengurangan harga.
  • Kompensasi: Jika ketidaksesuaian signifikan, penjual mungkin memberikan kompensasi kepada pembeli sebagai bentuk ganti rugi.

Penanganan Keluhan dalam Murabahah

Dalam transaksi murabahah, penanganan keluhan lebih fokus pada keadaan barang yang dibeli dan pelaksanaan transaksi pembelian. Jika nasabah (pembeli) mengajukan keluhan terkait kondisi barang atau pelaksanaan transaksi, langkah-langkah berikut mungkin dilakukan:

  • Verifikasi Keluhan: Bank atau lembaga keuangan syariah akan memeriksa keluhan yang diajukan oleh nasabah dan memverifikasi kondisi barang serta transaksi yang dilakukan.
  • Klarifikasi: Jika ada ketidaksesuaian antara yang dijanjikan dan kenyataan, bank akan melakukan klarifikasi dengan nasabah dan pihak terkait untuk memahami sumber masalah.
  • Resolusi: Jika keluhan terbukti valid, bank bisa menawarkan solusi seperti penggantian barang, pengembalian dana, atau pengurangan biaya.

Tujuan Utama

Tujuan Utama dalam Istishna

Tujuan utama dari transaksi istishna adalah memungkinkan pembeli (mufti) untuk mendapatkan barang dengan spesifikasi yang diinginkan, meskipun barang tersebut belum ada fisiknya atau masih dalam proses produksi. Istishna digunakan ketika ada kebutuhan untuk memproduksi barang khusus yang tidak tersedia di pasaran atau belum ada. Transaksi istishna memberikan fleksibilitas kepada pembeli untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan kebutuhannya meskipun barang tersebut belum ada secara fisik.

Tujuan Utama dalam Murabahah

Tujuan utama dari transaksi murabahah adalah memberikan pembiayaan kepada nasabah (pembeli) yang ingin membeli barang atau aset yang sudah ada di pasaran. Murabahah digunakan untuk memungkinkan nasabah membeli barang atau aset yang mungkin sulit atau mahal untuk dibeli secara tunai. Bank atau lembaga keuangan syariah akan membeli barang tersebut dan menjualkannya kepada nasabah dengan harga yang mencakup harga pokok barang dan margin keuntungan.

Perbedaan Istishna Murabahah
Definisi Jual beli pesanan barang yang belum ada fisiknya. Jual beli barang dengan keuntungan yang ditentukan di awal.
Pihak Terlibat Penjual, pembeli, dan produsen (dalam hal produksi). Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Barang Barang yang dibeli masih dalam proses produksi. Barang yang sudah ada dan tersedia.
Pembayaran Pembayaran dilakukan secara bertahap atau sekaligus setelah barang jadi. Pembeli membayar dengan harga ditambah margin ke bank, bisa secara tunai atau kredit.
Keuntungan Keuntungan mungkin bisa bervariasi tergantung pada kesepakatan. Keuntungan atau margin telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian.
Risiko Risiko terkait kualitas, keterlambatan, dan pemenuhan pesanan bisa ada pada pembeli atau produsen. Risiko terkait kepemilikan barang, seperti kerusakan, ditanggung oleh pembeli setelah pembelian.
Aplikasi Umum Digunakan dalam pembiayaan proyek atau barang yang memerlukan produksi khusus. Lebih umum digunakan dalam pembiayaan pembelian barang konsumsi atau modal usaha.
Waktu Penyerahan Terjadi setelah barang jadi sesuai dengan kesepakatan. Terjadi setelah transaksi pembelian, dan barang biasanya diserahkan dengan segera.
Fleksibilitas Harga Harga dapat bervariasi selama proses produksi. Harga sudah ditetapkan sejak awal dalam bentuk harga pokok dan margin.
Penanganan Keluhan Penanganan keluhan dan perubahan pesanan mungkin lebih kompleks. Nasabah memiliki kewajiban untuk memeriksa barang sebelum pembelian.
Tujuan Utama Memungkinkan pembeli mendapatkan barang sesuai spesifikasi yang diinginkan.

Itulah Perbedaan Istishna dan Murabahah . Terima kasih telah membaca di semuatahu.web.id dan semoga artikel ini bisa membantu kamu.

Tinggalkan komentar