Cara Memilih Reksadana yang Cocok dan Tepat Buat Kamu

semuatahu.web.id – Cara Memilih Reksadana yang Cocok dan Tepat Buat Kamu. Memilih Reksadana yang cocok buat kamu itu penting, karena saat membeli reksadana pasti ada tujuan yang ingin dicapai nantinya. Jadi memilih reksadana yang tepat  hal yang krusial untuk meraih tujuan atau impian yang ingin dicapai seperti dana pensiun, dana tabungan darurat, dana tabungan untuk membeli smartphone dan lain sebagainya. Ada banyak jenis reksadana yang bisa kamu pilih dari reksadana yang menerapkan syariah bagi kamu seorang muslim, takut riba atau haram dari produk yang dibeli.

Ada reksadana yang menjanjikan imbal hasil yang tinggi disertai resiko yang tinggi seperti reksadana saham  dan reksadana campuran. Ada reksadana yang menjanjikan kenaikkan konstan tanpa ada penuruan harga hingga kamu tidak akan melihat ada minus di portofolio reksadana mu seperti reksadana pasar uang. Mari bahas lebih jauh Cara Memilih Reksadana yang Cocok dan tepat Buat Kamu.

Profil Resiko Mu

Profil resiko adalah kemampuan seberapa besar seseorang menerima resiko. Memilih dan mencari tahu reksadana yang cocok dan tepat bagi kamu, harus mengetahui dulu bagaimana profil resiko mu. Profil resiko terbagi menjadi Konservatif, Moderat dan Agresif. Profil resiko ini berkaitan erat dengan reksadana yang cocok dipilih. Jadi kamu harus tahu profil resiko terlebih dahulu, tenang saja di aplikasi reksadana seperti bibit akan pertanyaan – pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui profil resiko mu.  Jika kamu belum punya aplikasi bibit dan belum pernah mendaftar pada aplikasi reksadana bibit . Kamu bisa cari aplikasi di play store atau IOS store atau bisa dengan klik link ini. Dapatkan cashback Rp 25,000 dari bibit dengan memasukkan kode semuatahunabungreksa pada saat melakukan pendaftaran.

Profil Resiko Konservatif

Orang yang memiliki profil resiko konservatif memiliki toleransi resiko yang rendah sehingga biasanya tidak bisa melihat jika portofolio merah membara atau terjadi penurunan signifikan. Jadi orang yang memiliki profil resiko seperti ini lebih cenderung cari aman dan tidak mengharapkan imbal hasil asal uang yang mereka investasikan tidak berkurang. Setidaknya imbal hasil reksadana mereka setara dengan bunga deposito. Direkomendasikan porsi 18-70% uangnya dimasukkan ke reksadana pasar uang, 20-69% uangnya dimasukkan ke reksadana pasar obligasi, dan maksimal 10-13% uangnya yang boleh dimasukkan ke reksadana pasar saham.

Porsi yang terbilang cukup besar bisa ditempatkan di reksadana pasar uang dan reksadana obligasi, ini dikarenakan reksadana pasar uang dan obligasi adalah reksadana yang memiliki tingkat fluktuasi harga yang rendah dan kecenderungan harganya naik. Sedangkan porsi reksadana saham dibawah 14%,  dikarenakan reksadana saham memiliki fluktuasi harga yang rendah dan kecenderungan harganya naik turun.

Profil Resiko Moderat

Orang yang memiliki profil resiko moderat memiliki toleransi resiko yang tidak terlalu tinggi, jadi sedikit penuruan nilai portofolio reksadana mereka dari modal tidak membuat mereka terganggu secara psikologis, panik atau susah tidur. Orang yang memiliki profil resiko moderat mengharapkan imbal hasil reksadana mereka diatas deposito.  Direkomendasikan porsi  10-12% uangnya dimasukkan ke reksadana pasar uang, 43- 70% uangnya dimasukkan ke reksadana pasar obligasi, dan maksimal 18-47% uangnya yang boleh dimasukkan ke reksadana pasar saham.

Porsi reksadana saham dan obligasi lebih tinggi dibandingkan reksadana pasar uang, dikarenakan reksadana pasar uang memiliki imbal hasil yang setara dengan deposito. Jadi kalau jumlah porsi uang banyak disana, maka tidak mungkin bisa mencapai tujuan investasi yang ingin diatas bunga deposito. Reksadana obligasi dan reksadana saham memiliki imbal hasil bisa diatas deposito tapi dengan disertai resiko penurunan nilai dari modal disetor. Maka dari itu harus memiliki tingkat toleransi, karena reksadana saham memiliki fluktuasi  yang tinggi.

 

Profil Resiko Agresif

Orang yang memiliki profil resiko agresif memiliki toleransi resiko yang tinggi, jadi penuruan nilai portofolio reksadana mereka dari modal dalam jangka pendek tidak begitu mempengaruhi mereka secara psikologis. Orang yang memiliki profil resiko agresif mengharapkan imbal hasil reksadana mereka yang sangat tinggi.  Direkomendasikan porsi  10% uangnya dimasukkan ke reksadana pasar uang, 20-38% uangnya dimasukkan ke reksadana pasar obligasi, dan maksimal 52-70% uangnya yang  dimasukkan ke reksadana pasar saham. Porsi yang besar pada reksadana saham, dikarenakan imbal hasil reksadana saham yang paling tinggi dibandingkan reksadana lainnya. Hal ini sesuai tujuan investasi orang yang memiliki profil resiko agresif yaitu imbal hasil tinggi.

Baca juga: Pengertian, Jenis, Keuntungan Reksadana

Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Membeli Reksadana

Reksadana Syariah

Bagi yang beragama islam atau muslim, tidak perlu khawatir ada reksadana yang sesuai dan mematuhi prinsip syariat islam yaitu Reksadana Syariah. Jadi bagi muslim sebaiknya perhatikan terlebih dahulu apakah reksadana yang dibeli termasuk reksadana syariah atau bukan. Karena reksadana syariah tidak akan berinvestasi di perusahaan bank konvensional dan deposito bank konvensional.  Reksadana syariah banyak macamnya terdiri dari reksadana pasar uang, reksadana obligasi dan reksadana saham. Reksadana syariah biasanya berinvestasi pada sukuk, perusahaan yang mematuhi prinsi syariah, deposito di bank syariah, obligasi syariah, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Expense Ratio dan Drawdown

Expense Ratio dan Drawdown merupakan hal yang perlu diperhatikan. Karena ada yang tidak suka expense ratio tinggi dan drawdown yang tinggi. Expense ratio adalah biaya operasional reksadana itu untuk satu tahun. Jadi semakin kecil expense ratio, maka semakin kecil potongan biaya operasional reksadana tersebut. Biaya operasional manajer investasi reksadana itu jadi potongan lebih rendah.

Mahal tidaknya expense ratio harus dibandingkan antara reksadana dengan jenis yang sama serta keuntungan reksadana yang sama. Karena manajer investasi memiliki strategi masing-masing untuk mengelola dana reksadana untuk menghasilkan keuntungan. Jadi lihat keuntungan yang ditawarkan dan expense ratio. Drawdown adalah penuruan maksimum reksadana dari harga tertinggi  NAV ke harga terendahnya selama periode waktu tertentu, sebelum mencapai harga tertinggi baru yang melewati harga tertinggi lamanya. Jadi drawdown ini indikator seberapa besar penurunannya. Ada yang mencari drawdown rendah, dikarenakan agar saat menjual tidak terlalu jauh dengan harga tertingginya.

Baca juga: Faktor yang Mempengaruhi Harga dan Sumber Keuntungan Investasi Reksadana

Reksadana Pasif dan Aktif

Secara pengelolaan reksadana saham dibedakan menjadi Pasif dan Aktif. Reksadana aktif adalah reksadana yang dikelola secara aktif oleh manajer investasi dengan mengubah komposisi portofolio sesuai strategi investasinya. Sedangkan reksadana pasif adalah reksadana yang mengikuti indeks dan dikelola secara pasif, jadi manajer investasi tinggal mengikuti indeks acuan yang ada untuk agar mendapatkan performa kinerja mengikuti atau setara indeks acuan. Expense ratio reksadana pasif biasanya lebih rendah dibandingkan reksadana aktif.

Contoh reksadana pasif :  reksadana indeks BNI-AM indeks IDX 30, BNP Paribas Sri Kehati, Principal Index IDX30, Avrist IDX30 dan lain sebagainya. Jadi biasanya orang ada yang suka membeli reksadana pasif seperti reksadana indeks, dikarena mengharapkan imbal hasil sesuai indeks tertentu saja dibandingkan mengikuti strategi manajer investasi mengelola portofolio sahamnya.

Baca juga: Cara Agar Uang Mu Tidak Tergerus Inflasi

Propektus dan Fund Fact Sheet

Propektus dan Fund Fact Sheet juga menjadi pertimbangan dalam memilih reksadana. Karena dalam propektus, kamu bisa tahu lebih lengkap tentang produk reksadana, manajer investasi yang akan mengelola dana kamu. Dalam fund fact sheet kamu bisa tahu top efek holding di reksadana tersebut serta komposisinya / alokasi aset, kebijakan investasi manajer investasi, kinerja reksadana sebelum akhirnya kamu memilih reksadana.

CAGR ( Compound Annual Growth Rate)

CAGR ( Compound Annual Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan rata-rata dana kelolaan investasi reksadana dalam jangka waktu tertentu. Dengan melihat CAGR kamu bisa melihat keuntungan per tahun. Jadi kamu bisa mencari reksadana dengan CAGR yang kamu hendaki.

AUM (Asset Under Management)

AUM (Asset Under Management) adalah total dana yang dikelolamanajer investasi reksadana saat itu, semakin besar AUM  berarti semakin banyak orang yang investasi  pada reksadana tersebut. Berarti reksadana tersebut dipercaya banyak orang dan punya reputasi bagus di masyarakat umum.

Jangka Waktu Investasi

Reksadana saham jika punya tujuan investasi 5 tahun atau lebih. Reksadana obligasi jika punya tujuan investasi dibawah 5 tahun tapi lebih dari satu tahun. Reksadana pasar uang jika tujuan investasi hanya 1 tahun atau kurang.

Itulah Cara Memilih Reksadana yang Cocok dan Tepat Buat Kamu. Kamu harus melihat dari segi profil resiko, syariah, expense rasio, drawdown,CAGR,  reksadana pasif atau aktif. Terima kasih telah membaca di semuatahu.web.id dan semoga artikel ini bisa membantu kamu.

Tinggalkan komentar